Konon cerita orang – orang terdahulu bahwa desa Proto yang semula berupa semak belukar yang berpenghuni beberapa orang kemudian datanglah pelarian perang majapahit yang akhirnya menetap di desa Proto yang sekarang makamnya di yakini masyarakat desa di Pemakaman desa Proto yang mana tiap tahunnya pada tanggal 8 Muharrom diperingati sebagai tokoh pendiri desa Proto yaitu IMAM MOEDEEN DJATI dan PEGEL DJATI.
Singkat cerita tokoh pendiri desa Proto itu membangun sebuah masjid yang bernama masjid Jami’ yang sekarang berubah nama masjid “ AL HIKMAH “.
Dalam musyawarah pembuatan masjid itu tercetuslah ide memberi nama desa yaitu PERO dalam bahasa jawa berarti kering ROTO berarti Rata sehinggga menjadi PROTO yang mengandung makna Tanah yang rata dan kering.
Pada perkembangannya banyak warga Proto yang berdagang Batik ke Pemanukan Subang sehingga adopsi silang kebudayaan menjadi warna desa yang akhirnya dari hasil perdagangan dan adopsi kebudayaan yang membaur menjadi generasi berikutnya banyak yang belajar ilmu agama dan umum ke berbagai sudut kota di Indonesia ini, alhasil dari belajar mereka ke berbagai pondok menghasilkan kyai dan ustadz yang akhirnya mendirikan beberapa gedung sekolah dan pondok pesantren. Sisi lainnya beberapa warga msyarakat yang buruh menjahit di Jakarta akhirnya membuka sendiri lapangan pekerjaan di jakarta maupun di Proto menghasilkan sentra produksi kofeksi di perkencahan industri pakaian jadi di Indonesia
Demikian sejarah singkat ini kami sampaikan sebagai gambaran desa Proto yang mungkin sebagai referensi untuk kajian berikutnya.